TOPPU BURJU
Untuk banyak istilah, saya termasuk yang telmi. Tapi, paling tidak, saya
masih bisa berbangga diri, karena tidak pernah surut untuk mengetahui
arti sebuah istilah yang saya baru tahu, baik dengan bertanya, maupun
mencarinya lewat Kamus.
Tersiar di Kampung, banyak oknum yang
tiba-tiba berperangai baik. Mudah senyum, agak dermawan, dan kalau pas
mengendarai mobil, pintu kaca mobilnya
akan dibuka diikuti taburan senyum, dan biasanya juga dengan lambayan
tangan. Yang paling dahsyat, ada juga yang menawari tumpangan gratis,
jika arah yang dituju sama.
TOPPU bukan Tompu. Sama halnya
dengan tangiang ha-TOP-an. Tangiang haTOPan, artinya Doa paling
terakhir, yang paling tinggi atau yang paling TOP. Setelah tangiang
haTOPan, biasanyaacara akan berakhir. Amin. Amin. Amin. Jadi kata dasar
haTOPan, bukanlah hatop yang berakhiran, an. Tapi agar lebih pasti,
tanya lagilah DR Prakitri Tahi Simbolon atau ahli bahasa Indonesia yang
lain.
***
Suatu ketika, saya mampir di salah satu Kedai Kopi
terkenal. Kebetulan saya penikmat kopi, sudah lebih dari 25 tahun.
Ternyata, para membernya, tidak lagi harus membayar tunai jika menikmati
kopi di sana. Jika anda member, selalu akan ditanya oleh kasirnya,
apakah kartunya mau di TOP UP dulu atau tidak.
Sebelumnya saya
tidak mengerti apa itu Top UP. Bahasa Inggeris saya amat sangat
paspasan. Mungkin hanya setara dengan anak SD sekarang. Setelah bertanya
ke kasirnya, barulah saya tahu, kartu member itu bisa difungsikan
sebagai alat bayar, seperti halnya kartu prabayar telepon atau PLN
yang bisa diisi ulang. Di kedai Coffee itu, Top Up artinya,, apakah
kartu itu, dinaikkan atau ditinggikan dulu jumlah (nilai) ke angka
yang dinginkan oleh member.
TOPpu burju, bisa jadi, asal-usul
katanya dari TOP yang ditambah PU oleh orang Batak. Saya menengarai,
istilah ini pasti datang dari Native Speakernyayang berkunjung ke
Samosir. Saat itu, mungkin dia melihat sesuatu di sana, yang tiba-tiba
melonjak tinggi, termasuk misalnya perangai seseorang yang tidak
seperti biasanya.
Contoh sederhananya, apa yang disampaikan
sepupu saya dari Pangururan, tentang seorang Caleg, yang tadinya atau
sehari-harinya selama ini, sangat cuek tapi mendadak peduli, mudah
senyum dan yang paling terlihat, dia begitu pandai memaparkan visi dan
misi. Semua perubahan yang ada, menurut sepupu saya lagi disimpulkan
oleh warga yang ditemuinya, tujuannya, agar orang-orang memilihnya di
Pileg April 2014 yang akan datang. “Holan ala ni na samarga pe hita,
dang so pillitonmu au,” katanya ke sepupu saya ini dengan senyum yang
aduhai.
Memang, bukanlah hal yang keliru, atau menjadi berdosa
kalau berubah. Tapi berubah secara tiba-tiba, dan apalagi menjelang
Pileg dan Pilbup 2015 yang akan datang, tentu harus menjadi perhatian
kitas semua. Dengan kata lain, seharusnya menolak memilih oknum seperti
ini. Keliru besar dan tidak tepat. Mengapa? Karena manusia seperti ini,
pada dasarnya adalah seorang yang munafik, karena tidak menggambarkan
sosok dia yang sebenarnya. Artinya, senyum, bantuan dan segala sesuatu
yang dilakukukan hanyalah bersifat sementara, dan akan kembali ke sifat
dasarnya, jika tidak terpilih, apalagi kalau terpilih.
***
Anjuran…!
1. Dalam Pileg nanti, pilihlah seseorang, bukan karena marga, kawan,
Amangboru, Tulang, atau yang sebangun dengan itu. Tetapkan pilihan anda
kepada seseorang sesuai Hati Nurani anda bahwa ybs akan total memberi
pikiran dan tenaganya untuk membangun Samosir.
2. Tolak yang terindikasi telah melakukan konspirasi terhadap penebang hutan dan yang merusak lingkungan alam Samosir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar