Sabtu, 22 Februari 2014

Toppu Burju

TOPPU BURJU

Untuk banyak istilah, saya termasuk yang telmi. Tapi, paling tidak, saya masih bisa berbangga diri, karena tidak pernah surut untuk mengetahui arti sebuah istilah yang saya baru tahu, baik dengan bertanya, maupun mencarinya lewat Kamus.

Tersiar di Kampung, banyak oknum yang tiba-tiba berperangai baik. Mudah senyum, agak dermawan, dan kalau pas mengendarai mobil, pintu kaca mobilnya akan dibuka diikuti taburan senyum, dan biasanya juga dengan lambayan tangan. Yang paling dahsyat, ada juga yang menawari tumpangan gratis, jika arah yang dituju sama.

TOPPU bukan Tompu. Sama halnya dengan tangiang ha-TOP-an. Tangiang haTOPan, artinya Doa paling terakhir, yang paling tinggi atau yang paling TOP. Setelah tangiang haTOPan, biasanyaacara akan berakhir. Amin. Amin. Amin. Jadi kata dasar haTOPan, bukanlah hatop yang berakhiran, an. Tapi agar lebih pasti, tanya lagilah DR Prakitri Tahi Simbolon atau ahli bahasa Indonesia yang lain.
***
Suatu ketika, saya mampir di salah satu Kedai Kopi terkenal. Kebetulan saya penikmat kopi, sudah lebih dari 25 tahun. Ternyata, para membernya, tidak lagi harus membayar tunai jika menikmati kopi di sana. Jika anda member, selalu akan ditanya oleh kasirnya, apakah kartunya mau di TOP UP dulu atau tidak.

Sebelumnya saya tidak mengerti apa itu Top UP. Bahasa Inggeris saya amat sangat paspasan. Mungkin hanya setara dengan anak SD sekarang. Setelah bertanya ke kasirnya, barulah saya tahu, kartu member itu bisa difungsikan sebagai alat bayar, seperti halnya kartu prabayar telepon atau PLN yang bisa diisi ulang. Di kedai Coffee itu, Top Up artinya,, apakah kartu itu, dinaikkan atau ditinggikan dulu jumlah (nilai) ke angka yang dinginkan oleh member.

TOPpu burju, bisa jadi, asal-usul katanya dari TOP yang ditambah PU oleh orang Batak. Saya menengarai, istilah ini pasti datang dari Native Speakernyayang berkunjung ke Samosir. Saat itu, mungkin dia melihat sesuatu di sana, yang tiba-tiba melonjak tinggi, termasuk misalnya perangai seseorang yang tidak seperti biasanya.

Contoh sederhananya, apa yang disampaikan sepupu saya dari Pangururan, tentang seorang Caleg, yang tadinya atau sehari-harinya selama ini, sangat cuek tapi mendadak peduli, mudah senyum dan yang paling terlihat, dia begitu pandai memaparkan visi dan misi. Semua perubahan yang ada, menurut sepupu saya lagi disimpulkan oleh warga yang ditemuinya, tujuannya, agar orang-orang memilihnya di Pileg April 2014 yang akan datang. “Holan ala ni na samarga pe hita, dang so pillitonmu au,” katanya ke sepupu saya ini dengan senyum yang aduhai.

Memang, bukanlah hal yang keliru, atau menjadi berdosa kalau berubah. Tapi berubah secara tiba-tiba, dan apalagi menjelang Pileg dan Pilbup 2015 yang akan datang, tentu harus menjadi perhatian kitas semua. Dengan kata lain, seharusnya menolak memilih oknum seperti ini. Keliru besar dan tidak tepat. Mengapa? Karena manusia seperti ini, pada dasarnya adalah seorang yang munafik, karena tidak menggambarkan sosok dia yang sebenarnya. Artinya, senyum, bantuan dan segala sesuatu yang dilakukukan hanyalah bersifat sementara, dan akan kembali ke sifat dasarnya, jika tidak terpilih, apalagi kalau terpilih.
***
Anjuran…!
1. Dalam Pileg nanti, pilihlah seseorang, bukan karena marga, kawan, Amangboru, Tulang, atau yang sebangun dengan itu. Tetapkan pilihan anda kepada seseorang sesuai Hati Nurani anda bahwa ybs akan total memberi pikiran dan tenaganya untuk membangun Samosir.
2. Tolak yang terindikasi telah melakukan konspirasi terhadap penebang hutan dan yang merusak lingkungan alam Samosir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar