Sabtu, 22 Februari 2014

Gojab (bukan) Gocap 1

GOJAB (bukan) GOCAP

Erosi fakta bisa terjadi, karena kemampuan jasmaniah atau rohaniah yang rendah dari komunikan dalam memahami sebuah pernyataan, misalnya, telinga yang terganggu, atau ketidak mampuan memahami Isi Pernyataan (IP) yang diterima.

Banyak kata, atau istilah yang sebelumnya tidak dikenal, tetapi menjadi bagian dari kata yang diucapkan sehari-hari, tanpa disadari kalau kata tersebut berasal dari bahasa Asing. Salah satunya, “Gojap” yang artinya, Bangkrut. Bah, pasti si Kamro Naibaho, adik saya di Pangururan, akan tersenyum bila membaca tulisan ini, karena namanya itu berasal dari : Come = ro, digabung menjadi satu KAMRO. Tapi jangan lalu kalian bilang, kalau si Tiarma diterjemahkan dari Allbright, bisa marah dia. Itu pula alsan saya tidak menterjemahkan Laris menjadi Sold Out atau High Demand.

Kata Gojab, lahir dari sebuah peristiwa yang sangat memilukan hati. Pilu, karena tak tertakar air mata yang keluar dan suara tangis yang sampai melintas gunung dan menyeberangi lautan.

Begini ceritanya.

Sore itu, di Pelabuhan Belawan, seperti biasa sang Suami berdiri derma, menunggu kapal laut untuk menjemput Isterinya (dulu dikenal dengan Inang-Inang) yang akan kembali dari Singapura membawa barang-barang hasil belanjaannya. Seperti lazimnya waktu itu, modal untuk berdagang, bisa jadi adalah pinjaman dari rekan-rekan dan sanak saudara, yang akan dikembalikan dengan sedikit tambahan setelah barang dangangan terjual. Dulu barang-barang dari Singapura ini diperjual belikan di Pajak Dame dan dikenal juga sebagai barang, “Todehan” yang berasal dari bahasa Belanda Twee de hand atau barang bekas.

Ternyata, isterinya tidak bersama dengan kapal itu. Lalu diapun bertanya kepada teman-teman yang biasa bersama isterinya. Tidak ada seorang pun yang yang berani menjawab secara verbal, melainkan memeluknya dan menangis sekeras-kerasnya.

Sang suami tidak putus asa sampai bertanya, hingga kepada ibu yang terakhir, “Ai didia edamu, ito?” Sambil berderai air mata, “ Ehe ito naburju, nunga gojab be”.

Ternyata isterinya tertangkap oleh Polisi Singapura saat ada operasi mendadak. Karena dia tidak bisa menunjukkan dokumen barang-barang yang dibawanya, barang-barang itu pun disita oleh Polisi yang memeriksa. Kecuali tas yang dibahunya, tidak ada yang tersisa.

Isterinya tidak kuasa menerima kenyataan ini. Dibayangkan, sesampai di Medan, akan banyak orang yang menagih, dandia meyakini tidak akan mampu membayar seluruh pinjaman, dan tak kuasa menguasai diri, dan secara tiba-tiba melompat ke laut, yang sampai sekarang mayatnya tidak ditemukan. Ketika kejadian, kebetulan teman isterinya, mendengar ucapan Polisi Singapura yang ada di atas kapal, kaget bukan kepalang, mengeluarkan kata-kata, “Go jump, go jump…”, yang artinya “melompat” ke laut. Kata go jump, yang masuk ketelinga teman isterinya itu, “Gojab, go jab”. Dan itulah yang disampaikan, “ Ah, nunga ‘gojab’ be ibana ito.”

Nah, sampai sekarang, kalau ada yang usahanya bangkrut, pasti disebut orang “Gojab” dan anda tidak akan menemui kata itu di Kamus Batak Indonesia. ***(bagian 2 akan saya tulis nanti sore)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar