GOJAB (bukan) GOCAP
Erosi fakta bisa
terjadi, karena kemampuan jasmaniah atau rohaniah yang rendah dari
komunikan dalam memahami sebuah pernyataan, misalnya, telinga yang
terganggu, atau ketidak mampuan memahami Isi Pernyataan (IP) yang
diterima.
Banyak kata, atau istilah yang sebelumnya tidak
dikenal, tetapi menjadi bagian dari kata yang diucapkan sehari-hari,
tanpa disadari kalau kata tersebut berasal dari bahasa Asing. Salah
satunya, “Gojap” yang artinya, Bangkrut. Bah, pasti si Kamro Naibaho,
adik saya di Pangururan, akan tersenyum bila membaca tulisan ini, karena
namanya itu berasal dari : Come = ro, digabung menjadi satu KAMRO. Tapi
jangan lalu kalian bilang, kalau si Tiarma diterjemahkan dari
Allbright, bisa marah dia. Itu pula alsan saya tidak menterjemahkan
Laris menjadi Sold Out atau High Demand.
Kata Gojab, lahir dari
sebuah peristiwa yang sangat memilukan hati. Pilu, karena tak tertakar
air mata yang keluar dan suara tangis yang sampai melintas gunung dan
menyeberangi lautan.
Begini ceritanya.
Sore itu, di
Pelabuhan Belawan, seperti biasa sang Suami berdiri derma, menunggu
kapal laut untuk menjemput Isterinya (dulu dikenal dengan Inang-Inang)
yang akan kembali dari Singapura membawa barang-barang hasil
belanjaannya. Seperti lazimnya waktu itu, modal untuk berdagang, bisa
jadi adalah pinjaman dari rekan-rekan dan sanak saudara, yang akan
dikembalikan dengan sedikit tambahan setelah barang dangangan terjual.
Dulu barang-barang dari Singapura ini diperjual belikan di Pajak Dame
dan dikenal juga sebagai barang, “Todehan” yang berasal dari bahasa
Belanda Twee de hand atau barang bekas.
Ternyata, isterinya
tidak bersama dengan kapal itu. Lalu diapun bertanya kepada teman-teman
yang biasa bersama isterinya. Tidak ada seorang pun yang yang berani
menjawab secara verbal, melainkan memeluknya dan menangis
sekeras-kerasnya.
Sang suami tidak putus asa sampai bertanya,
hingga kepada ibu yang terakhir, “Ai didia edamu, ito?” Sambil berderai
air mata, “ Ehe ito naburju, nunga gojab be”.
Ternyata
isterinya tertangkap oleh Polisi Singapura saat ada operasi mendadak.
Karena dia tidak bisa menunjukkan dokumen barang-barang yang dibawanya,
barang-barang itu pun disita oleh Polisi yang memeriksa. Kecuali tas
yang dibahunya, tidak ada yang tersisa.
Isterinya tidak kuasa
menerima kenyataan ini. Dibayangkan, sesampai di Medan, akan banyak
orang yang menagih, dandia meyakini tidak akan mampu membayar seluruh
pinjaman, dan tak kuasa menguasai diri, dan secara tiba-tiba melompat ke
laut, yang sampai sekarang mayatnya tidak ditemukan. Ketika kejadian,
kebetulan teman isterinya, mendengar ucapan Polisi Singapura yang ada di
atas kapal, kaget bukan kepalang, mengeluarkan kata-kata, “Go jump, go
jump…”, yang artinya “melompat” ke laut. Kata go jump, yang masuk
ketelinga teman isterinya itu, “Gojab, go jab”. Dan itulah yang
disampaikan, “ Ah, nunga ‘gojab’ be ibana ito.”
Nah, sampai
sekarang, kalau ada yang usahanya bangkrut, pasti disebut orang “Gojab”
dan anda tidak akan menemui kata itu di Kamus Batak Indonesia.
***(bagian 2 akan saya tulis nanti sore)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar