PANGOROMON *)
(bagian
pertama)
***
Meski Chris Jhon mengaku, bukan
karena dia kalah dari Simpiwe Vetyeke, 6 Desember 2013 lalu memutuskan untuk
menggantung sarung tinju. Tetapi tetaplah tidak terpungkiri, dia mengundurkan
diri dari ring tinju setelah kalah, dan
bukan meninggalkan ring tinju ketika
sabuk juara masih melingkar di pinggangnya. Ini berbeda dengan pesepak bola
kesohor asal Perancis yang bermain di Manchester United (MU), Eric Cantona,
yang memilih pensiun pada saat dia masih produktif mencetak gol, dan ketika itu fansnya di MU masih mendambakannya
untuk terus menggocek si kulit bundar dan menjebloskannya ke gawang lawan.
Sejarah mencatat penguasa-penguasa
negeri, Saddam Husein (Irak), Ceausescu (Rumania), Husni Mubarak (Mesir), yang mati-matian
mempertahankan tahtanya agar tetap berkuasa tetapi kenyataannya secara tragis,
mereka harus melepaskannya, bahkan salah seorang harus menjalaninya di tiang
gantungan.
Laut punya tepi. Gunung punya
puncak. Semua yang ada punya ukuran dan batasan. Maka apa pun yang ada selalu ada satuan hitungannya, termasuk di antaranya perut, yang jika terlalu banyak asupan makanan atau
minuman pasti akan kembung dan meminta
untuk dimuntahkan.
Ketika seseorang bertanya kepada
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, tentang bagaimana seharusnya atau yang terbaik untuk
makan, dia menjawab: “Makan selagi lapar. Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang
hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.”
Apa artinya? Saya mencoba menyimak
jawaban itu dari sudut sempit, yaitu tentang cara menikmati makanan. Pengalaman
membuktikan, ketika perut lagi lapar dan di saat itu kita penuhi, maka
biasanya, apa pun yang kita makan, yang “ halal” tentunya “pasti” terasa enak.
Bahkan hanya nasi dan kecap asin Medan saja sebagai lauk pasti nikmat dan
membuat pikiran menjadi tenang. Saya ingat kata-kata bijak dari Leluhur, “ Otak
ada di kepala, tapi sumber ketenangan otak ada di perut.” Bandingkanlah apabila
anda disuguhi makanan steak, pizza, kambing panggang, sop buntut, atau makanan lainnya di kala perut anda sedang
kenyang…
Selanjutya, mengapa harus berhenti
sebelum kenyang? Ini dia. Uraian di atas,
sebutlah ini semacam kesimpulan, bahwa apa pun yang kita masukkan ke
mulut saat perut sudah kenyang, maka nilai nikmatnya sudah menurun dan
barangkali juga tubuh kita tidak lagi membutuhkannya, pun jangan–jangan akan
menimbulkan penyakit, jika terus dipaksakan masuk. Yah, Itu tadi, semua sudah ada ukurannya.
Bayangkan jika botol dengan kapasitas 100 cc dimasukkan air 120 cc, pastilah
akan luber.
Kembali ke masalah perut. Apa yang
kita masukkan ke perut bisa jadi berhubungan dengan selera. Selera terpicu
tentunya berkaitan dengan pikiran. Seorang yang sedang koma, pasti tidak selera
makan. Maka ini maka, kita harus ada usaha menata pikiran untuk menghasilkan
sebuah tindakan : PANGOROMON,
sehingga apa pun yang tersaji atau dihidangkan di depan kita, pikiran akan memerintah, tidak dan tak akan
menyentuh makanan itu, apalagi
memakannya. Dengan cara seperti ini, begitulah pedapat orang yang sudah
melakukannya, tubuh kita tidak akan gemuk atau kegemukan.
Benar atau tidak, seseorang dengan
tubuh yang terlalu gemuk rentan terhadap penyakit. Seorang kawan, secara beseloroh mengatakan, ciri-ciri seorang yang egois atau sangat egois
terlihat dari tubuhya yang kegemukan. Karena biasanya orang yang gemuk atau
kegemukan terjadi karena porsi makanan yang disantapnya melebihi takaran yang dibutuhkan tubuhnya serta yang
seringkali melahap atau menghabiskan
makanan yang bukan jatahnya. Wakakak.
----
----
* PENGENDALIAN DIRI