Senin, 09 Juni 2014







SULITNYA BERSTATUS SIAMANG


Pengalaman berjualan pancake durian ini membuat hidup menjadi bergairah. Kecuali hati yang senang dan nyaman dan sudah barang tentu tanpa rasa takut, karena tidak mungkin  akan ada orang KPK yang secara diam-diam menyelusup untuk memata-matai kegiatan.
Kemarin, datanglah telepon dari podusennya dari Medan. Halak hita yang selama itni kupanggil  Ito, kendati sebenarnya suaminya, masih bisa kupanggil Tulang, karena beberapa Inangtuaku  dan Inangudaku  semarga dengan suaminya.
“Ito, besok pancake melalui Cargo Garuda, akan tiba di Jakarta, kira-kira pukul 10.00. Dan kalau jalan tidak macet, pancakenya sudah bisa diterima di Depok sekitar antara pukul 12.00-13.00,” ujar si Ito ini dengan serius. “Tunggu aja Ito. Maaf, mungkin jadi terganggu sedikit, karena kiriman jatuh pada hari Minggu. Maaf, iyah Ito…,” tambahnya.
“ Tidak apapa. Saya biasa bekerja total pada hari Minggu. Karena pembeli pun lebih banyak yang  hari Minggu dibanding hari biasa,” jawabku.
“Memang ito tidak ke Gereja kalau hari Minggu? “ tanyanya dengan nada selidik.
“Ah, saya setiap detik ke Gereja Ito. Kalau sekali seminggu terlalu lama. Saya pengagum dan pemuja Tuhan. Karena itu, maka setiap detik saya menjumpainya di Bait Allah,” ujarku lagi. “Tapi, haha ha, nantilah kita bissara tentang itu  kalau ito dan Lae jadi datang di Jakarta,” tambahku.
“ Sebentar lagi akan saya sms no Hp SIAMANG yang mengantar ke sana Ito. Soalnya yang mengirim sebelumnya tidak bisa. Kata dia,  di rumahnya sedang arisan. Jadi, aku minta tolong pada SIAMANG, untuk mengambil dari Bandara dan mengantar langsung ke Depok. Kalau SIAMANG  itu menelpon tolong HPnya diangkat iyah Ito!” pintanya.
“SIAMANG?” tanyaku terkejut. Soalnya baru sehari sebelumnya saya menonton film Tarsan di Global TV, yang pemerannya ada juga SIAMANG.
“Ya, Ito. SIAMANG juga sudah mengOke khan, dan tidak ada masalah,” jelasnya.
“Janganlah ito. Apa tidak ada manusia yang bisa ito cari untuk mengantar, mengapa harus SIAMANG?” tanyaku lagi, dengan nada serius. “Lagi pula, aku takut, takut sekali dekat dengan SIAMANG. Dari dulu  aku takut!  karena Tahun 1970 pernah kubaca di SIB, ada SIAMANG perempuan yang menyandera pria selama bertahun-tahun di hutan, dan kemudian dijadikannya  ‘suami’ hingga SIAMANG perempuan iitu melahirkan,” kataku menambahkan.
“Ah ito ini, bercandanya selalu….Itu haha dolikku. Kami tiga bersaudara. Hahadolikku inilah siakkangan. Ito pasti tau, sebagai anggi boru,  saya memanggilnya AMANG. Dan tentu untuk menunjuk pada dirinya kutambahlah SI, jadi SIAMANG lah, aku memanggilnya!” jawabnya yang diikuti dengan tawanya. Tergelak-gelak dia.
“ Oh, itunya? Jadi maksud ito bukan bodat nabalga—Monyet besar? Ah, maafkanlah aku ito. Yah, aku terima pun  kalau dia menelpon. Tapi tolong bilang sama SIAMANG, unang sampe di garomak au?!” Pintaku sedikit serius.
Dari seberang sana, ito itu tertawa ngakak. Saya pun ngakak. Kami sungguh-sungguh ngakak tanpa beban. Biarlah urusan Capres urusan para Tim Sukses.
***
(Selamat hari Minggu untuk teman-teman.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar