KANGEN KE MANTAN PACAR, LEONA
Putih itu putih. Tapi belum tentu
bersih. Mungkin ada kuman melekat di dalamnya yang tidak terlihat oleh mata.
Hitam itu yah hitam, dan mungkin saja
bersih dan tidak melekat noda apa pun. Jadi, putih dan hitam adalah soal warna
dan penyebutan untuk membedakannya antara satu dengan yang lain.
Penyebutan putih dan hitam, sudah
menjadi kesepakatan umum. Ntah bagaimana dulu kesepakatan itu dimulai dan siapa
yang lebih awal menyebutkan tentu bukan hal yang mudah untuk menelusurinya.
Tapi ini pun berlaku bagi yang mengerti. Karena orang Inggeris yang mendengar
itu, belum tentu tahu maksudnya, kecuali ada yang menerjemahkannya menjadi White and Black.
Putih secara umum, selalu menjadi lambang
Kebersihan, Kesucian, Ketulusan. Jadi hanya sebuah lambang. Itu umumnya. Tetapi
bagi masyarakat tertentu, putih diasosiasikan sebagai sebuah lambang keburukan.
Maka di daerah itu, jika ada cerita tentang KUNTILANAK, maka pakaian yang
digunakan, termasuk warna bedak di wajahnya adalah putih. Mungkinkah ini hanya
sebagai pembeda, agar si Kuntilanak bisa terlihat jelas di lingkungan yang
gelap? Dan secara tidak langsung, mereka juga ingin menyampaikan, jika bertemu
dengan yang “putih” di kegelapan, hindari! Mengapa? Karena kuntilanak amat
doyan darah segar untuk menyambung hidupnya, maka siapa pun manusia yang lewat
akan dilenyapkan dengan cara mereguk darahnya.
Mengenakan pakaian putih dan
hitam, ini barangkali hanya soal selera. Tetapi kalau kemudian warna pun menjadi
bagian dari alat – alat kampanye, tidak ada masalah. Misalnya dalam Pilpres
ini, Capres-capres, menjadi kesemsem dengan warna putih. Konon inilah cara
untuk menyampaikan secara tidak langsung kepada seluruh calon pemilih agar
memilih mereka karena; memiliki Kebersihan, Kesucian, dan Ketulusan untuk
mengemban HATI NURANI RAKYAT. Tapi
apakah nantinya setelah terpilih akan bekerja mengemban hati Nurani Rakyat?
Memang siapa pun tidak bisa
mengetahui apa yang akan terjadi ke depan. Jika pun seseorang akan mengatakan
akan begini atau begitu, lebih pada sebuah harapan. Dan sebut saja itu sebuah
ramalan. Atau supaya lebih positif, sebutlah itu sebuah perkiraan, yang belum
tentu terjadi. Maka setiap kali para Capres dan tim suksesnya mengatakan, “Kalau
saya terpilih jadi Presiden, negeri ini akan makmur…dst.” Tapi apakah akan
begitu? Coba kita simak :
“Bersediakan engkau Sutinem,
menerima Sukimin ini menjadi suamimu, dan mendampinginya dalam suka dan duka,
serta hanya kematian yang bisa memisahkan kalian?”
“Bersedia dan saya berjanji!” ujar Suminem.
“Engkau Sukimin. Bersediakan
engkau menerima Sutinem ini menjadi isterimu dan mendampinginya dalam suka dan
duka, serta hanya kematian yang bisa memisahkan kalian?”
“Saya berjanji dan bersedia,”
tegas Sukimin.
Dan UU No.1 Tahun 1974 pun
dibacakan, bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara Pangoli dan Oroanna untuk membentuk keluarga bahagia.—Tetapi, lihatlah Farhat
Abas yang meninggalkan Nia Daniati, seperti Sukimin yang raib meninggalkan
Suminem, hanya karena (ternyata) baru ketauan, ketiak Suminem bau. Dan masih
banyak lagi yang meninggalkan suami atau isterinya, karena alasan yang berbeda
yang barangkali saja memang sangat sulit
di atasi karena masing – masing yang memiliki ego, ego yang sangat tinggi
tentunya, yang sehingga harus…
(“Mengapa harus jumpa,
Jika hanya untuk pisah…”)—ujar Leona ,
mantan pacar, seorang penyanyi yang dulu
diorbitkan oleh Eddy Sud, dan sempat beberapa kali tampil di Aneka Ria Safari.
***
(depok, 28.05.2014)
***