Minggu, 11 Mei 2014

Saya koruptor, Dik



DIALOG MINGGU

SAYA KORUPTOR, DIK !
JUMAT lalu, bersama dua orang teman kami berangkat mengunjungi keluarga, di Jakarta Timur sana. Biasalah, ntah ini takdir atau sejenisnya, biasanya, saya selalu diingat oleh kawan-kawan, kalau dirinya dalam situasi sulit, atau sedang membutuhkan bantuan. Saya, kendati secara umum tidak bisa membantu dengan materi (baca : uang) setidaknya selalu suka-cita untuk mencari jalan ke luar. Ini sudah semacam sumpah, misalnya dengan mencari siapa yang bisa meminjamkan uang, meski harus pakai bunga. Saya sendiri, tidak berbakat meminjamkan uang dengan menambahkan bunga. Tidak tega.
Sesampainya di sana, biasalah, sebagai basa-basi, kami bincang sana-sini mulai dari Rahmat Yasin yang tertangkap tangan, Caleg yang kalah, KPU yang belum bekerja professional, dan kabar burung yang mengatakan, ada seorang Caleg yang menang dengan cara mencuri suara teman separtainya, sehingga temannya itu, yang semula sudah diketahui masyarakat umum sebagai pemenang, akhirnya menjadi kalah.
Ntah siapa yang memulai, saya lupa. Pembicaraan masuk ke ranah ke keyakinan, dan bagaimana mendapatkan Surga dan Neraka. Awalnya saya tidak terlalu terlibat, karena akhir-akhir ini, saya mulai khawatir tentang diri saya, yang selalu dirundung “KETAKUTAN”. Takut, karena ternyata, selama 55 tahun, jika ditelaah, segudang dosa telah melilit jiwa saya yang kerontang.
“Jangan mau kalau diajak jadi Kristen, Dik. Siapa tahu ada yang mengajak, tolak saja,” kataku spontan.
“Maksudnya, bagaimana Ndan?” tanyanya. Dia selalu memanggilku dengan Ndan, maksudnya Komandan.
“Sangat sulit menjadi Kristen. Hampir tidak bisa dikerjakan. Pokoknya sulit. Karena Kristen itu harus mengikuti Kristus, Jesus dari Nazareth,” jawabku.
“Bukannya Ndan adalah seorang Kristen?” Tanyanya.
“Saya Kristen? Bagaimana mungkin saya seorang Kristen? Menjadi Kristen itu adalah hal yang tidak mungkin bagi saya,” ujarku lagi.
“Ah, Ndan ini sukanya bercanda saja. Tidak pernah berubah…, ” ujar dia sambil senyum. Sementara ipar saya di sebelah sana, wajahnya terlihat tegang. Mungkin tidak suka dengan omongan saya, bahkan bisa saja dianggapnya sebagai sebuah sindiran atau pelecehan atau sejenisnya, karena setahunya, ayahku adalah seorang Penatua, dan hampir seluruh Keluarga Besar sangat rajin ke Gereja, bahkan akhir-akhir ini ada kecenderungan, narsis dulu depan rumah sebelum berangkat, meng upload gambar ke FB, twitter, Instagram, dengan menambahkan, “OTW ke Gereja”, agar orang tahu tentunya, mereka adalah orang beriman.
“Jadi Kristen itu mustahil, Dik. Atau hal yang sangat sulit untuk dijalankan. Saya tidak mampu, maka sulit menyebut diri ini menjadi seorang KRISTEN. Karena pengakuan menjadi Kristen namun tidak menjalankan perintah Kristus, yaitu Jesus dari Nazareth yang dilahirkan Maria itu, sama saja dengan ANTIKRISTUS,” paparku.
“Maksudnya, Ndan?”
“ Kristus, sangat marah terhadap Koruptor. Dan saya adalah seorang Koruptor,” kataku dengan nada tegas, untuk meyakinkannya.
“Hah?! Darimana Ndan ini bisa menyebut diri Ndan sebagai seorang Koruptor?”
“ Saya seorang Koruptor. Itu pasti. Uang Tuhan telah saya korupsi selama sekian puluh tahun. Saya tidak pernah memberikan perpuluhan dengan benar…”
“Masa sih, hanya karena tidak memberi perpuluhan terus dilabel bukan seorang KRISTEN dan ANTI KRISTUS pula?”
“Itu hanya salah satu. Yang lain, misalnya. Atau kita sebutlah yang paling akrab didengar di seluruh Dunia, ‘KASIHILAH SESAMAMU’. Bagimana saya disebut mengasihi sesama, jika celana dan baju saya masih memenuhi lemari, sementara di tempat lain banyak anak manusia ciptaan Tuhan yang kedinginan karena tidak memiliki pakaian…. Di rumah sering makanan terbuang karena basi atau berlebihan, sementara di tempat lain, banyak yang meringis karena kelaparan. Apakah saya masih pantas disebut KRISTEN?”
“Ah, Ndan ini ada-ada saja…!” katanya sambil tersenyum.
“Baiklah, saya akan tuturkan satu cerita tentang Jesus Kristus, untuk menunjukkan bahwa saya seorang ANTI KRISTUS, karena perilaku saya, jauh daripada Dia. Boleh?”
“Silahkan, Ndan!” jawabnya.
“Satu ketika, Jesus melakukan perjalanan yang diikuti oleh murid-muridnya. Pada perjalanan itu, mereka melihat seorang musafir yang mengambil air dari bantaran kali dengan kedua telapak tangannya. Melihat itu, Jesus melemparkan cangkirnya kepada musafir itu. Pada perjalanan berikutnya, mereka bertemu dengan musafir lain, yang menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan kanannya. Spontan Jesus melemparkan sisirnya. Padahal, hanya cangkir dan sisirlah harta Jesus pada perjalanan itu…”
“Wah. Luar biasa, Ndan” ujarnya.
“ Nah. Banyak hal yang bisa saya ceritakan tentang Dia, sebagaimana tertulis di Injil yang terkodifikiasi dan yang berserakan di sana-sini, bagaimana Jesus itu selama di Dunia, sebelum naik ke Surga. Tapi intinya saja saya sampaikan sekarang, karena waktu kita yang sempit. Begini. Kristen kah saya, yang jika membantu orang lain, masih amat sangat berharap untuk dipuja-puja, dan apa yang kusumbangkan masih harus diketahui dunia? Kristenkah aku, jika tiap saat masih khawatir akan hari esok, yang masih mengaku jujur padahal masih suka menipu dan berbohong? Kristenkah saya jika harta yang kuperoleh adalah hasil korupsi, tapi masih patentengan mengaku sebagai orang benar dan berlakgak bagai pahlawan? Hah?! Sulit Dik, menjadi Kristen itu. Maka sebaiknya, kalau ada yang mengajakmu, jangan mau! Tapi kita tutup saja pembicaraan ini, karena, sekali lagi, hidup menjadi KRISTEN dan berprilaku seperti Kristus, Jesus dari Nazareth itu, TERLALU SULIT. Kapan-kapan kita teruskan,” Kataku menutup, dan mengalihkan pembicaraan tentang,apakah keluarga yang dikunjungin bisa meminjamkan uangnya atau tidak.
***
Selamat hari Minggu.
(Kebahagiaan Raya, 11/5/2014)
berdua dengan putriku, Hillary V.Putrilaris


Tidak ada komentar:

Posting Komentar