DIALOG MINGGU
SAYA KORUPTOR, DIK !
JUMAT lalu, bersama dua orang teman kami
berangkat mengunjungi keluarga, di Jakarta Timur sana. Biasalah, ntah ini
takdir atau sejenisnya, biasanya, saya selalu diingat oleh kawan-kawan, kalau
dirinya dalam situasi sulit, atau sedang membutuhkan bantuan. Saya, kendati
secara umum tidak bisa membantu dengan materi (baca : uang) setidaknya selalu
suka-cita untuk mencari jalan ke luar. Ini sudah semacam sumpah, misalnya
dengan mencari siapa yang bisa meminjamkan uang, meski harus pakai bunga. Saya
sendiri, tidak berbakat meminjamkan uang dengan menambahkan bunga. Tidak tega.
Sesampainya di sana, biasalah, sebagai basa-basi,
kami bincang sana-sini mulai dari Rahmat Yasin yang tertangkap tangan, Caleg
yang kalah, KPU yang belum bekerja professional, dan kabar burung yang
mengatakan, ada seorang Caleg yang menang dengan cara mencuri suara teman
separtainya, sehingga temannya itu, yang semula sudah diketahui masyarakat umum
sebagai pemenang, akhirnya menjadi kalah.
Ntah siapa yang memulai, saya lupa. Pembicaraan
masuk ke ranah ke keyakinan, dan bagaimana mendapatkan Surga dan Neraka.
Awalnya saya tidak terlalu terlibat, karena akhir-akhir ini, saya mulai
khawatir tentang diri saya, yang selalu dirundung “KETAKUTAN”. Takut, karena
ternyata, selama 55 tahun, jika ditelaah, segudang dosa telah melilit jiwa saya
yang kerontang.
“Jangan mau kalau diajak jadi Kristen, Dik. Siapa
tahu ada yang mengajak, tolak saja,” kataku spontan.
“Maksudnya, bagaimana Ndan?” tanyanya. Dia selalu
memanggilku dengan Ndan, maksudnya Komandan.
“Sangat sulit menjadi Kristen. Hampir tidak bisa
dikerjakan. Pokoknya sulit. Karena Kristen itu harus mengikuti Kristus, Jesus
dari Nazareth,” jawabku.
“Bukannya Ndan adalah seorang Kristen?” Tanyanya.
“Saya Kristen? Bagaimana mungkin saya seorang
Kristen? Menjadi Kristen itu adalah hal yang tidak mungkin bagi saya,” ujarku lagi.
“Ah, Ndan ini sukanya bercanda saja. Tidak pernah
berubah…, ” ujar dia sambil senyum. Sementara ipar saya di sebelah sana,
wajahnya terlihat tegang. Mungkin tidak suka dengan omongan saya, bahkan bisa
saja dianggapnya sebagai sebuah sindiran atau pelecehan atau sejenisnya, karena
setahunya, ayahku adalah seorang Penatua, dan hampir seluruh Keluarga Besar
sangat rajin ke Gereja, bahkan akhir-akhir ini ada kecenderungan, narsis dulu
depan rumah sebelum berangkat, meng upload gambar ke FB, twitter, Instagram,
dengan menambahkan, “OTW ke Gereja”, agar orang tahu tentunya, mereka adalah
orang beriman.
“Jadi Kristen itu mustahil, Dik. Atau hal yang
sangat sulit untuk dijalankan. Saya tidak mampu, maka sulit menyebut diri ini
menjadi seorang KRISTEN. Karena pengakuan menjadi Kristen namun tidak
menjalankan perintah Kristus, yaitu Jesus dari Nazareth yang dilahirkan Maria
itu, sama saja dengan ANTIKRISTUS,” paparku.
“Maksudnya, Ndan?”
“ Kristus, sangat marah terhadap Koruptor. Dan
saya adalah seorang Koruptor,” kataku dengan nada tegas, untuk meyakinkannya.
“Hah?! Darimana Ndan ini bisa menyebut diri Ndan
sebagai seorang Koruptor?”
“ Saya seorang Koruptor. Itu pasti. Uang Tuhan
telah saya korupsi selama sekian puluh tahun. Saya tidak pernah memberikan
perpuluhan dengan benar…”
“Masa sih, hanya karena tidak memberi perpuluhan
terus dilabel bukan seorang KRISTEN dan ANTI KRISTUS pula?”
“Itu hanya salah satu. Yang lain, misalnya. Atau
kita sebutlah yang paling akrab didengar di seluruh Dunia, ‘KASIHILAH
SESAMAMU’. Bagimana saya disebut mengasihi sesama, jika celana dan baju saya
masih memenuhi lemari, sementara di tempat lain banyak anak manusia ciptaan
Tuhan yang kedinginan karena tidak memiliki pakaian…. Di rumah sering makanan
terbuang karena basi atau berlebihan, sementara di tempat lain, banyak yang
meringis karena kelaparan. Apakah saya masih pantas disebut KRISTEN?”
“Ah, Ndan ini ada-ada saja…!” katanya sambil
tersenyum.
“Baiklah, saya akan tuturkan satu cerita tentang
Jesus Kristus, untuk menunjukkan bahwa saya seorang ANTI KRISTUS, karena
perilaku saya, jauh daripada Dia. Boleh?”
“Silahkan, Ndan!” jawabnya.
“Satu ketika, Jesus melakukan perjalanan yang
diikuti oleh murid-muridnya. Pada perjalanan itu, mereka melihat seorang
musafir yang mengambil air dari bantaran kali dengan kedua telapak tangannya.
Melihat itu, Jesus melemparkan cangkirnya kepada musafir itu. Pada perjalanan
berikutnya, mereka bertemu dengan musafir lain, yang menyisir rambutnya dengan
jari-jari tangan kanannya. Spontan Jesus melemparkan sisirnya. Padahal, hanya
cangkir dan sisirlah harta Jesus pada perjalanan itu…”
“Wah. Luar biasa, Ndan” ujarnya.
“ Nah. Banyak hal yang bisa saya ceritakan
tentang Dia, sebagaimana tertulis di Injil yang terkodifikiasi dan yang
berserakan di sana-sini, bagaimana Jesus itu selama di Dunia, sebelum naik ke
Surga. Tapi intinya saja saya sampaikan sekarang, karena waktu kita yang
sempit. Begini. Kristen kah saya, yang jika membantu orang lain, masih amat
sangat berharap untuk dipuja-puja, dan apa yang kusumbangkan masih harus
diketahui dunia? Kristenkah aku, jika tiap saat masih khawatir akan hari esok,
yang masih mengaku jujur padahal masih suka menipu dan berbohong? Kristenkah
saya jika harta yang kuperoleh adalah hasil korupsi, tapi masih patentengan
mengaku sebagai orang benar dan berlakgak bagai pahlawan? Hah?! Sulit Dik,
menjadi Kristen itu. Maka sebaiknya, kalau ada yang mengajakmu, jangan mau!
Tapi kita tutup saja pembicaraan ini, karena, sekali lagi, hidup menjadi
KRISTEN dan berprilaku seperti Kristus, Jesus dari Nazareth itu, TERLALU SULIT.
Kapan-kapan kita teruskan,” Kataku menutup, dan mengalihkan pembicaraan
tentang,apakah keluarga yang dikunjungin bisa meminjamkan uangnya atau tidak.
***
Selamat hari Minggu.
***
Selamat hari Minggu.
(Kebahagiaan Raya, 11/5/2014)
berdua dengan putriku, Hillary V.Putrilaris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar