Selasa, 27 Mei 2014

Kangen ke mantan pacar, Leona



KANGEN KE MANTAN PACAR, LEONA

Putih itu putih. Tapi belum tentu bersih. Mungkin ada kuman melekat di dalamnya yang tidak terlihat oleh mata. Hitam itu yah hitam,  dan mungkin saja bersih dan tidak melekat noda apa pun. Jadi, putih dan hitam adalah soal warna dan penyebutan untuk membedakannya antara satu dengan yang lain.

Penyebutan putih dan hitam, sudah menjadi kesepakatan umum. Ntah bagaimana dulu kesepakatan itu dimulai dan siapa yang lebih awal menyebutkan tentu bukan hal yang mudah untuk menelusurinya. Tapi ini pun berlaku bagi yang mengerti. Karena orang Inggeris yang mendengar itu, belum tentu tahu maksudnya, kecuali ada yang menerjemahkannya menjadi White and Black.

Putih secara umum, selalu menjadi lambang Kebersihan, Kesucian, Ketulusan. Jadi hanya sebuah lambang. Itu umumnya. Tetapi bagi masyarakat tertentu, putih diasosiasikan sebagai sebuah lambang keburukan. Maka di daerah itu, jika ada cerita tentang KUNTILANAK, maka pakaian yang digunakan, termasuk warna bedak di wajahnya adalah putih. Mungkinkah ini hanya sebagai pembeda, agar si Kuntilanak bisa terlihat jelas di lingkungan yang gelap? Dan secara tidak langsung, mereka juga ingin menyampaikan, jika bertemu dengan yang “putih” di kegelapan, hindari! Mengapa? Karena kuntilanak amat doyan darah segar untuk menyambung hidupnya, maka siapa pun manusia yang lewat akan dilenyapkan dengan cara mereguk darahnya.

Mengenakan pakaian putih dan hitam, ini barangkali hanya soal selera. Tetapi kalau kemudian warna pun menjadi bagian dari alat – alat kampanye, tidak ada masalah. Misalnya dalam Pilpres ini, Capres-capres, menjadi kesemsem dengan warna putih. Konon inilah cara untuk menyampaikan secara tidak langsung kepada seluruh calon pemilih agar memilih mereka karena; memiliki Kebersihan, Kesucian, dan Ketulusan untuk mengemban HATI NURANI RAKYAT. Tapi apakah nantinya setelah terpilih akan bekerja mengemban hati Nurani Rakyat?

Memang siapa pun tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi ke depan. Jika pun seseorang akan mengatakan akan begini atau begitu, lebih pada sebuah harapan. Dan sebut saja itu sebuah ramalan. Atau supaya lebih positif, sebutlah itu sebuah perkiraan, yang belum tentu terjadi. Maka setiap kali para Capres dan tim suksesnya mengatakan, “Kalau saya terpilih jadi Presiden, negeri ini akan makmur…dst.” Tapi apakah akan begitu? Coba kita simak :

“Bersediakan engkau Sutinem, menerima Sukimin ini menjadi suamimu, dan mendampinginya dalam suka dan duka, serta hanya kematian yang bisa memisahkan kalian?”

“Bersedia dan saya berjanji!”  ujar Suminem.

“Engkau Sukimin. Bersediakan engkau menerima Sutinem ini menjadi isterimu dan mendampinginya dalam suka dan duka, serta hanya kematian yang bisa memisahkan kalian?”

“Saya berjanji dan bersedia,” tegas Sukimin.

Dan UU No.1 Tahun 1974 pun dibacakan, bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara Pangoli dan Oroanna untuk membentuk keluarga bahagia.—Tetapi, lihatlah Farhat Abas yang meninggalkan Nia Daniati, seperti Sukimin yang raib meninggalkan Suminem, hanya karena (ternyata) baru ketauan, ketiak Suminem bau. Dan masih banyak lagi yang meninggalkan suami atau isterinya, karena alasan yang berbeda yang barangkali  saja memang sangat sulit di atasi karena masing – masing yang memiliki ego, ego yang sangat tinggi tentunya, yang sehingga harus…

(“Mengapa harus jumpa,
Jika hanya untuk pisah…”)—ujar   Leona , mantan pacar,  seorang penyanyi yang dulu diorbitkan oleh Eddy Sud, dan sempat beberapa kali tampil di Aneka Ria Safari.
***
(depok, 28.05.2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar