Menggoreng Burung Terbang di Langit
(MANOMBUR LALI HABANG)
Oleh : Laris Naibaho
“Demi harga diri," ujar
Sang Isteri.
"Maksudmu?" kejar
sang suami.
"Kau harus mencalonkan
diri jadi anggota DPR tahun 2014 ini, agar keluarga tidak anggap remeh
terhadapmu, dan juga supaya mereka melek, papa itu orang pintar, cerdas dan
pantas masuk Senayan..." lanjut sang Isteri.
"Ah, kau ini, seperti
tidak tahu saja betapa sulitnya kalau mau
menyalonkan diri menjadi calon
legislative (Caleg). Kau tahu, hanya untuk bisa mendapat nomor saja, harus
bayar dulu administrasi ke partai. Juga, taruhlah lolos dari partai dan menjadi
calon, apa kamu tidak sadar, biaya
kampanye untuk mendulang suara itu tidaklah kecil dansangat besar? Sangat besar! Padahal makan sehari-hari kita
saja sering tidak nyaman, dan lebih sering terancam,"jawab sang suami
lembut, mencoba memberi pengertian ke isterinya.
"Saya tahu itu. Nanti
pergi pun aku ke Eda, Ito, Nantulang, teman-temanku dan seluruh keluarga besarku
untuk mendapat pinjaman. Nanti kalau papa sudah di Senayan, seluruh pinjaman, khan bisa kita kembalikan. Malah menurut saya,
bisas kita kembalikan lebih besar dari pinjaman itu. Hitung-hitung bunga uang
mereka di banklah," tangkis sang isteri.
"Kalau kalah?"
"Itulah kau. Semangatmu
kerdil. Jangan berpikir kalah, dong! Berpikir menanglah. Karena di usiamu yang
sudah di atas 50 tahun, satu-satunya cara mengubah kehidupan kita, adalah
dengan dirimu menjadi anggota DPR. Karena di sana, selain gaji regular selama 5
tahun ditambah ada tunjangan ini dan itu serta banyak juga hal yang bisa diproyekkan untuk
mendapat komisi. Kehidupan kita akan
mentereng. Maka keluarga yang tadinya apatis ke terhadap kita kita tentu akan
berubah. Rumah kita yang tadinya sepi sontak akan ramai dengan orang-orang yang minta
sumbangan. Kelak kita akan menjadi penentu apa pun di keluarga besar ini”.
"Aku tidak mengerti
maksudmu. Sungguh mati, saya tidak
mengerti maksudmu, Mama!"
"Papa teramat cerdas.
Tapi kalau saya yang mengajakmu diskusi,
pikiranmu menjadi bias. Tak fokus dan selalu pesimis . Cobalah! Realitanya,
dengan keadaan kita sekarang, tak punya
rumah, mobil, dan rumah pun sudah mau
roboh, apa harus tetap begini?
Satu-satunya jalan , ialah Papa harus jadi anggota DPR. Hanya dengan
menjadi anggota depeer lah, semua yang saya sebutkan di atas bisa kita miliki .”
"Kalau kalah?" Kejar
sang suami.
"Itu mudah. Harga ‘Buygon’
paling juga 200 ribu. Dan itu bisa kita peroleh dengan mengagunkan meja makan
kita itu."
Sang suami diam. Dahinya
mengkerut, lalu tertunduk lesu. Dalam hati berdoa, "Bawalah aku Tuhan
sesuai rancangan-Mu, sebelum Engkau mengirimku ke dunia ini—Boanma au Tuhan, songon na
dirancangmu hian, andorang so di tongos ho au tu Portibion."
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar