TOPENG MONYET, HUTAN DAN LIDAH
(bagian Pertama dari Dua tulisan)
Ariel, personal NOAH yang memesona para wanita, tidak tanggung-tanggung
“menyindir” para celebrity yang pernah dikencaninya dengan menggubah
lagu, “ Buka Dulu Topengmu.” Ini barangkali saja, karena dia sudah muak dengan
gaya sebagian yang dikencaninya, masih juga belagak alim, yang pada hal,
Ariel sendiri, sudah mem-file data sebagian di antaranya, termasuk video adegan
yang bak suami-isteri di ranjang empuk.
Setahun setelah Joko Widodo
menjadi Gubernur, memerintahkan, agar para para pengusaha Topeng Monyet,
tidak lagi mencari nafkah di jalan-jalan seputar Jakarta. Alasannya
ketika itu, manusia harus memiliki “Peri Kebinatangan”. Dia mengalaskan,
bahwa Monyet tidak sejahtera hidup di kampung-kampung apalagi di kota,
karena bukan habitat para monyet. Habitat monyet pasnya adalah di hutan. Jadi bukan
hanya manusia yang punya HAM, monyet juga. Kendati akronimnya
sama-sama HAM. Yang satu Hak Asasi Manusia, satunya lagi Hak Asasi
Monyet tapi satu sama lain sangag berbea.
Analisa saya, kendati Joko Wi, memberi alasan seperti
itu, sebenarnya, secara politis dia ingin mengatakan kepada warga
Jakarta, “ Janganlah Bertopeng Monyet—Tunjukkan Wajahmu yang
sebenarnya…” Selain itu, tersiar berita, Eropa Barat khususnya, sangat
mendukung Joko Wi untuk jadi Presiden, agar kepentingan mereka terhadap
kelestarian hutan di Indonesai terwujud. Masyarakat Eropa yakin, jika
hutan di Indonesia habis dibabat, eko system bumi akan terganggu, itu
artinya maka benua Eropa akan terancam.
***
Lidah memang tidak bertulang.
Paparan calon Wakil Bupati beberapa waktu lalu hadapan 25 Anggota DPRD,
tidak terdengar ada yang secara spesifik atau konkrit disebutkan, jika mereka terpilih jadi Wakil Bupati, apalagi jika kelak menjadi Bupati, akan
melindungi Hutan Tele dan hutan lain di kawasan Samosir, dan apalagi mengatakan
akan membawa persoalan Hutan Tele ke Ranah Hukum. Tapi dengan lantang, suara yang ke luar dari bibirnya, kalau terpilih jadi Wabup, akan begini dan begitulah
yang akan dilakukan di Samosir supaya daerah itu maju.
Hal ini, memang sudah diduga
sebelumnya.
Tidak mungkin para calon itu mengutak-atik Hutan Tele dalam
orasinya. Tele. Ini berbau politis. Coba tengok ke belakang sebelum
pemilihan. Selama gonjang-ganjing hutan Tele, para calon ini diam
membisu. Bahkan salah seorang diantaranya diam-diam melakukan kontak dan berhubungan akrab
dengan pemilik atau pembalak hutan Tele tersebut.
Bukan lagi rahasia,
tetapi sudah menjadi RAHASIA UMUM, artinya semua orang tahu, Kaki-tangan
pembalak Hutan Tele mendominasi kursi di DPRD. Jadi, dapat disimpulkan,
siapa pun yang menang dalam pemilihan Wakil Bupati beberapa waktu yang
lalu, sangat tergantung pada Sang God Father. Tentu saja itu tidak
gratis. Pasti ada “kontrak Dagang Sapi” di sana.
***
Pasti sulit mencari, ada maling yang mengaku maling. Tapi selalu saja kita bisa menjumpai “Maling Budiman”. Tahu maksudnya?
Maling budiman, sejujurnya adalah seorang maling jempolan yang piawai
dalam menggunakan strategi. Biasanya maling seperti ini, ke mana-mana
selalu menggunakan topeng, mirip topeng monyet. Dia akan terlihat begitu
mudah menyumbang rumah ibadah. Tidak segan-segan datang dengan muka
bergaris wajah sedih, ketika melayat, atau manortor dengan wajah
sumringah di sebuah perhelatan. Dalam perbincangan sehari-hari, dia
akan tampak peduli terhadap Kampung halaman, tapi sesungguhnya, itu
hanya pengelabuan, karena di otaknya hanya ingin mewujudkan apa yang
sedang dirancang dan termasuk apa yang sudah dilakukannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar