Sabtu, 22 Februari 2014

Topeng Monyet

TOPENG MONYET, HUTAN DAN LIDAH
(bagian Pertama dari Dua tulisan)

Ariel,  personal NOAH yang memesona para wanita, tidak tanggung-tanggung “menyindir” para celebrity yang pernah dikencaninya dengan menggubah lagu, “ Buka Dulu Topengmu.” Ini barangkali saja, karena dia sudah muak dengan gaya sebagian yang dikencaninya,  masih juga belagak alim, yang pada hal, Ariel sendiri, sudah mem-file data sebagian di antaranya, termasuk video adegan yang bak suami-isteri di ranjang empuk.

Setahun setelah Joko Widodo menjadi Gubernur, memerintahkan, agar para para pengusaha Topeng Monyet,  tidak lagi mencari nafkah di jalan-jalan seputar Jakarta. Alasannya ketika itu, manusia harus memiliki “Peri Kebinatangan”. Dia mengalaskan, bahwa Monyet tidak sejahtera hidup di kampung-kampung apalagi di kota, karena bukan habitat para monyet. Habitat monyet pasnya adalah di hutan. Jadi bukan hanya manusia yang punya HAM, monyet juga. Kendati akronimnya sama-sama HAM. Yang satu Hak Asasi Manusia, satunya lagi Hak Asasi Monyet tapi satu sama lain sangag berbea.

Analisa saya, kendati Joko Wi, memberi alasan seperti itu, sebenarnya, secara politis dia ingin mengatakan kepada warga Jakarta, “ Janganlah Bertopeng Monyet—Tunjukkan Wajahmu yang sebenarnya…” Selain itu, tersiar berita, Eropa Barat khususnya, sangat mendukung Joko Wi untuk jadi Presiden, agar kepentingan mereka terhadap kelestarian hutan di Indonesai terwujud. Masyarakat Eropa yakin, jika hutan di Indonesia habis dibabat, eko system bumi akan terganggu, itu artinya maka benua Eropa akan terancam.
***
Lidah memang tidak bertulang.

Paparan calon Wakil Bupati beberapa waktu lalu hadapan 25 Anggota DPRD, tidak terdengar ada yang secara spesifik atau konkrit disebutkan, jika mereka terpilih jadi Wakil Bupati, apalagi jika kelak menjadi Bupati, akan melindungi Hutan Tele dan hutan lain di kawasan Samosir, dan  apalagi mengatakan akan membawa persoalan Hutan Tele ke Ranah Hukum. Tapi dengan lantang, suara yang ke luar  dari bibirnya, kalau terpilih jadi Wabup, akan begini dan begitulah yang akan dilakukan di Samosir supaya  daerah itu maju.

Hal ini,  memang sudah diduga sebelumnya.

Tidak mungkin para calon itu mengutak-atik Hutan Tele dalam orasinya. Tele. Ini berbau politis. Coba tengok ke belakang sebelum pemilihan. Selama gonjang-ganjing hutan Tele, para calon ini diam membisu. Bahkan  salah seorang diantaranya  diam-diam melakukan kontak dan berhubungan akrab dengan pemilik atau pembalak hutan Tele tersebut.

Bukan lagi rahasia, tetapi sudah menjadi RAHASIA UMUM, artinya semua orang tahu, Kaki-tangan pembalak Hutan Tele mendominasi kursi di DPRD. Jadi, dapat disimpulkan, siapa pun yang menang dalam pemilihan Wakil Bupati beberapa waktu yang lalu, sangat tergantung pada Sang God Father. Tentu saja itu tidak gratis. Pasti ada “kontrak Dagang Sapi” di sana.
***
Pasti sulit mencari, ada maling yang mengaku maling. Tapi selalu saja kita bisa menjumpai “Maling Budiman”. Tahu maksudnya?

Maling budiman, sejujurnya adalah seorang maling jempolan yang piawai dalam menggunakan strategi. Biasanya maling seperti ini, ke mana-mana selalu menggunakan topeng, mirip topeng monyet. Dia akan terlihat begitu mudah menyumbang rumah ibadah. Tidak segan-segan datang dengan muka bergaris wajah sedih, ketika melayat, atau manortor dengan wajah sumringah di sebuah perhelatan. Dalam perbincangan sehari-hari, dia akan tampak peduli terhadap Kampung halaman, tapi sesungguhnya, itu hanya pengelabuan, karena di otaknya hanya ingin mewujudkan apa yang sedang dirancang dan termasuk apa yang sudah dilakukannya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar