PUISI-ku
BUKAN UNTUK HEWAN,
(oleh : Paraloan Pakpahan)
***
Tuan-tuan Anggota Dewan yang katanya tak lagi budiman,
mestinya hari –hari begini,
kita bercerita tentang KEMATIAN,
agar Tuan-tuan tak
berketerusan berkubang di kekeliruan…
MESTINYA, saat-saat begini,
MESTINYA, saat-saat begini,
kita berkisah tentang hari
PEMBALASAN,
agar Tuan-tuan tak
berkecanduan berjamaah melakukan pencurian
dan menjadi MAFIA
proyek yang lalu terbahak-bahak di KUBANGAN dengan KEMEWAHAN…,
TETAPI, bagaimana cerita di
hari kemudian yang akan Tuan dengarkan,
kalau kepingan hati Tuan sudah karatan dan lalu akan membusuk…!
kalau kepingan hati Tuan sudah karatan dan lalu akan membusuk…!
Bagaimana mungkin ayat-ayat suci mampu menggetarkan hati Tuan,
kalau segumpal qalbu Tuan, digayutkan di ranting-ranting KEBEBALAN?
Sekali-dua kali Tuan
tergelincir
bolehlah. Itu mungkin KEKHILAFAN
bolehlah. Itu mungkin KEKHILAFAN
…
TETAPI, kalau Tuan tersungkur dan terjerembab pada lubang yang sama
serta tak bosan-bosan
dan terus berlanjut…?
Bukankah itu sama saja, bahwa
tulan lebih pander daripada HEWAN?
Dulu, eh, bukankah dulu,
Sedikit saja terlanjur salah, bisa dirimu seharian tidak
enak bahkan tidak bisa makan seharian?
Tetapi mengapa, setelah Tuan menjadi Anggota Dewan
Atawa KEKUASAAN
dalam genggamanmu,
KEMUNAFIKAN membalut tubuh
Tuan, masih mampu melempar sekulum SENYUM dan perbuatan dosa,
kamu anggap sebagai obat bagi pikiranmu?
Tuan,
Sebait pertanyaan kulontarkan
padamu,
Apakah karena Tuan tahu dan menyadari,
panggung hukum di negeri hanyalah sebuah pentas banyolan, dan karena itu,
setiap tindakanmu yang berlumur dosa, juga adalah banyolan?
Dulu, dulu itu…
Ku tahu, Tuan adalah insan yang
sungguh BERIMAN
tapi kini, KEKUASAAN telah menyeretmu ke pusaran arus deras,
tapi kini, KEKUASAAN telah menyeretmu ke pusaran arus deras,
hingga terhanyut dalam
pemakluman, bahwa KEKUASAAN itu adalah KESEMPATAN untuk MEMEGAHKAN diri dengan
kemewahan dengan selaksa alasan, yang masuk ke telinga telinga rakyat yang menyayat hati, seperti di iris oleh
SEMBILU KEKURANGAJARAN...
Lalu, ketika kucoba melirik Agenda harianmu, terbacaku :
Lalu, ketika kucoba melirik Agenda harianmu, terbacaku :
·
KEKUASAAN adalah saatnya melabrak pematang
antara Uang SETAN dan HARAM…
·
KEKUASAAN adalah saatnya MEMPERKAYA DIRI sampai
TUJUH KETURUNAN…
·
KEKUASAAN adalah saatnya untuk bertingkah sampai MENYERUPAI HEWAN…
Ah, Tuan!
Sampai kapan semboyan begini
akan Tuan agung-agungkan?
Bukan dunia ini hanya
perlintasan dan hidup hanya sekilas, dan ah…, terlalu naïf jika kusebutkan,
dari debu kembali ke debu, dan kuburan adalah tempat jasad bersemayam dengan abadi,
Maka…
Ini kalau dirimu menerima, ini
usulku
Sempatkan sejenak melintasi
Di situlah ujung kehidupan ,
Tak ada yang baka
Dan semua yang ada kan menjadi
tiada,
kekuasaanmu
hartamu
selirmu
…
semua akan lenyap,
karena hidup itu ibarat
menjaring angina
sia-sia pada akhirnya.
PINTAKU (inipun jika dirimu
mau bertaubat…)
Belumlah terlambat
Tuhan maha Pengampun
Sunggguh-sungguh mengampuni
…
maka
…
Hentikanlah meniru segala
perilaku HEWAN...
KEKUASAAN sejatinya adalah alat untuk melayani, bukan KESEMPATAN untuk MENJARAH dan memenjarakan hati,
KEKUASAAN sejatinya adalah alat untuk melayani, bukan KESEMPATAN untuk MENJARAH dan memenjarakan hati,
Karena HATINURANI, telah
ditanamkan Tuhan kepada jiwa kita
Yang tidak dilakukan-NYA pada
HEWAN
Karena kamu adalah mahluk
mulia
Sebagai Wakil Tuhan di bumi
Samosir ini.
---
(10/03/2014)
---
(10/03/2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar