Senin, 17 Maret 2014

JOKO WIDODO DAN ETOS KERJA

Membaca wawancara Wartawan Kompas TV dengan Joko Widodo, yang dimuat di www.kompas.com, hati saya bungah. Seperti biasa, kalau hati saya kelewat senang, yang ke luar bukan teriakan, tapi air yang menggenang di pelupuk mata.

Amanat Megawati yang meminta Joko Widodo agar menjadi Capres, dan semoga terpilih dan ditetapkan sebagai Presiden pada periode mendatang, seperti kita tahu semua, sangat diapresiasi oleh mayoritas rakyat di negeri ini. Ada beberapa gelintir yang ekstrim menolak, Ruhut Sitompul dan Ridwan Saidi yang rasanya diabaikan saja. Kita tidak perlu gundah, bahkan keduanya perlu dicungi jempol dan disampaikan terima kasih, karena semakin mereka begitu, tingkat popularitas Joko Widodo akan semakin meninggi. Bukankah dengan mereka berhingar-bingar akan semakin menjelaskan siapa mereka, dan tentu saja, rekam jejak Joko Widodo akan semakin jelas sebagai manusia sederhana, santun dan yang maunya “Sedikit bissara, tapi banyak blusukan?” Blusukan saya artikulasikan sebagai bekerja keras dan bukan tipe pemimpin yang ABS. Pemimpin yang masih mau blusukan, ingin tahu persis seperti apa  kenyataan yang sebenarnya di lapangan.

Tanpa bermaksud mengesampingkan, bahwa seharusnya, yang memiliki nalar tinggilah yang memimpin negeri yang begitu luas dan besar ini. Tetapi, menurut hemat saya, yang dibutuhkan saat ini ialah seorang figur pemimpin yang sederhana, jujur dan tulus,  yang tidak sekedadr pandai bersilat lidah, namun yang mampu mengajak masyarakat untuk bisa bekerja bersama-sama dalam membangun negeri ini. Maksudnya, saat ini yang harus jadi Presiden tidak seorang Jendral, Prof.Doktor, atau Pengusaha raksasa, tapi cukuplah seorang yang sederhana seperti  Joko Widodo ini. Tapi tetaplah kita minta campur tanganTuhan untuk, apakah memang Joko Widodo yang akan jadi Presiden 2015-2020. Manusia merencanakan Tuhan jualah yang menentukan.

Menjadi persoalan, dan tentu ini ditujukan kepada kita semua, apakah kalau Joko Widodo (dan misalnya Luhut Binsar Panjaitan/Waprres) lalu semua persoalan negeri ini akan selesai dalam 999 hari? Anak SD juga akan mengatakan, TIDAK MUNGKIN. Joko Widodo bukanlah seorang pesulap, dan apalagi,  dia bukanlah Tuhan. Hehehe, konon Tuhan pun mendisain Dunia ini ribuan tahun lamanya, tapi memutuskannya dalam satu kalimat : Kun Fayakun.

Jadi, Joko Widodo, hanya seorang manusia, yang sama dengan kita. Dia hanya memiliki 2 mata, 2 kaki, 1 kepala, dan seterusnya. Karena itu, tidak mungkin segala urusan negeri ini kita serahkan padanya, semisal, jangan pulak masalah sampah yang menumpuk di depan Lapo Barat (Pangururan), juga menjadi urusannya. Artinya, pemilihan kita terhadap Joko Widodo menjadi Presiden, tidak ada artinya, kalau sikap kita dari waktu yang lalu masih sami mawon, yang cenderung saling menyalahkan dan membiarkan permasalah berlarut-larut serta yang bisanya menyerahkan segalah hal yang kurang menjadi menjadi tanggungjawab orang lain, tapi baru merasa ikut berperan kalau terlihat berhasil atau SUKSES.

Kembali, mengapa sebaiknya kita memilih Joko Widodo menjadi Presiden? Jelas, kita melihat dan telah mengamati perilakunya yang menunjukkan kemauan atau ETOS KERJA yang luar biasa, yang tidak lagi hanya dalam tataran teori, tapi sudah mempraktekkannya. Hal seperti itulah yang kita harapkan menular ke rakyat di seluruh Indonesia. Sederhanya, rakyat bekerja keras, sehngga tidak ada lagi lahan yang kosong tak tertanami, dengan begitu, kita tidak perlu-perlu amat mengimpor cabe, beras, tomat, papaya dll dari Luar Negeri. Sesubur lahan negeri ini seharusnya mandiri, karena, “tongkat dan kayu jadi tanaman..” Negara ini, seharusnya menjadi peng ekspor utama; papaya, manggis, mangga ke Negara-negara lain. Tapi, hehe he di Jakarta saja, ini sebagai cerminan, yang merajai pasarbuah adalah Pepaya asal Bangkok. Contoh lainnya, SAMOSIR harus mendatangkan hassang dari luar untuk bahan KACANG RONDAM.

Tulisan ini bukanlah advertorial Joko Widodo agar kita semua memilihnya di Pilpres nanti. Ini hanya sekedar mewacanakan, saat ini, betapa pentingnya kita memiliki pemimpin yang bisa mendorong kita giat bekerja, sehingga kita bisa swasasembanda pangan, dan dengan sendirinya, tak perlu lagi impor, dan hua haha, kalau tidak mengimpor, hutang kita tidak akan bertambah, Iya khan Amang Bupati?
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar