TAGLINE, ITU SLOGAN KHAN?
Lidah memang tidak bertulang.
Coba ada tulangnya, pasti akan sangat sukar menjulurkan ke luar dari mulut.
Berbicarapun mungkin akan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Tanpa tulang
saja, kalau si lidah sedikit luka atau bengkak, bahasa yang keluar pun sudah cadel-cedol.
Mungkin anda pernah mendengar istilah di kampung, “Si
ganjang dila”. Label ini biasanya
diberikan kepada seseorang yang teramat mudah mengumbar kata-kata tetapi tidak sesuai dengan faktanya. Atau seseorang
yang membesar-besarkan sesuatu, atau “ manggang”, atau yang suka berjanji, tapi
tidak berkehendak untuk menepatinya. “Ah, usah kau dengar si Ganjang dila itu…!”
***
Berpikir bebas memang tidak
ada yang melarang, bebas sebebas-bebasnya, termasuk berkata-kata di dalam hati. Silahkan
berpikir, karena hal tersebut adalah karunia Ilahi. Tapi jika kata-kata hasil
ramuan pikiran sudah ke luar, baik lisan apalagi tertulis, maka ada konsekwensi
yang diemban, termasuk sanksi hukum di antaranya. Tapi tulisan ini, tidak
sedang menyerempet kaedah hukum, biarlah hal tersebut menjadi urusan POLISI, JAKSA, HAKIM. Jangan sampai
kita mengambil alih tugas mereka. Kalau itu terjadi, runyam—rusaklah tatanan
yang ada.
Surga sebagai keterangan tempat
masih dalam imajinasi. Letaknya di mana,
dan seperti apa tempat itu, belum ada yang bisa menggambarkannya secara
konkrit. Tetapi hingga 2014, bagi banyak orang, Surga adalah sebuah tempat yang
indah, dan penduduknya yang tinggal di
sana, hidup dengan tenteram, nyaman dan
bahagia. Konon, penduduknya yang hanya
144.000 orang tu, tidak dibebani apa
pun, kecuali menyenangkan hati sesama, yang secara otomatis juga menyenangkan
hati Tuhan. Di sana, tidak dijumpai lagi seseorang yang mengeluh, apakah karena tidak makan, tidak minum, atau tidak berpakaian. Yang paling spektakuler
di sana, pemuda dan pemudi yang berasal dari bumi yang terpilih masuk Surga karena berperangai baik
di bumi, pemudinya akan dikelilingi para Bidadari, yang wajahnya jauh lebih cantik
daripada REGINA dan wanita akan dikelilingi pria yang lebih ganteng daripada
Farhat Abas, atau Saiful Jamil.
Jelasnya, hingga 2014 belum
ada yang berani memberi statatemen, atau status di FB, Twitter atau di media manapun, kalau Sorga itu jelek, acak-acakan, dan
penghuninya melarat kekurangan makan dan minuman. Maka, kalau ada TAGLINE “Samosir adalah kepingan Surga”,
ini sebuah analogi yang bertolak belakang, bahkan memorakporandakan imajinasi
orang tentang Surga. “Kalau berbuat baik upahnya Surga, dan ternyata Surganya
hanya seperti Samosir, lalu untuk apa juga masuk Surga?”
Bukan apa-apa, juga tidak
bermaksud mengatakan, bahwa Samosir itu Neraka. Sebab, sama halnya dengan
Surga, sebagai keterangan tempat, belum pernah ada seseorang yang bisa
menggamparkan secara akurat, Neraka itu seperti apa! Tetapi, sepertinya, dari cerita-cerita para Pendeta, Ustad, (maaf,
kendati juga, mereka belum pernah ke
sana) bahwa di Neraka itu, jalan-jalannya rusak. Airnya tidak jernih. Sampah
bertebaran di mana-mana. Sulit mencari mata air yang bening, meski terdapat
danau yang maha luas. Dan di sana-sini, anak-anak tidak terawat, dekil, dan ibu-ibu masih suka menangis pilu karena tidak memiliki
makanan yang cukup untuk dibagikan kepada anak-anaknya, sementara para suami masih lebih banyak menghabiskan waktunya
di kedai tuak. Dan yang paling terlihat di Neraka, penghuninaya, satu sama lain
saling mencurigai, sementara Kepala Pemerintahan berikut bawahannya secara
berjamaah mengambil yang bukan haknya alias KORUPSI.
Ikan tentulah berekor ikan,
tidak mungkin juga bersirip cacing, atau bersayapkan bulu ayam. Kalau SAMOSIR
adalah Kepingan Surga seperti TAGLINE itu, mari kita ke sana. Pasti di Samosir itu, tidak diketemukan
segala sesuatu seperti apa yang digambarkan orang tentang ciri-ciri NERAKA.
Selamat berkarya MANGINDAR SIMBOLON
dan seluruh Staf. Majulah Samosir.
***
penulis adalah calon
Direktur Eksekutif FORUM PEMBELA-PENYANJUNG PEMIMPIN SAMOSIR (FPPPS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar