Sabtu, 06 Desember 2014

S.E.N.Y.A.P


Gemerincing suaramu tak lagi berdentang
Rindumu pada pujian mulai menipis,
dari para dayang dan pemujamu
dan tak lama lagi akan sirna
karena keabadian bukanlah milik pencerca
apalagi hujatan hanya indah sekejab.

Yang benar adalah sebuah kepastian
angkara takkan mampu menenggelamkannya,
apalagi marah yang kau hujamkan dari bibirmu
berasal dari kecongkakan yg terpicu materi
dan kekuasaan yang bukan berasal dan tumbuh dari bibit kebaikan.

Ternyata pula, bahkan juru doamu,
yang kau tempatkan pada Singgasana PUJIANmu
kini mulai membisu, karena sebaris doa
hanyalah sebuah permintaan
dan tidak mampu memaksa Pencipta untuk semua yang terucap
apalagi di balik doa yg mengalir, tersembunyi kemunafikan
Sehibgga doa hanya menjadi basa-basi
yang hanya enak di telinga...

t’lah kau torehkan catatan hitam,
t’lah kau bungkam serta kau patahkan semangat juang
oknum yang setia mengayomimu, meski tidak terucap dalam kata
dan atawa dalam tindak kesehariannya,
karena dia tidak memiliki keleluasaan
tuk tumpahkan segala segala hal
...
...
dia tahu, dia menyadari
dia harus mampu menyembunyikan getir hatinya di dalam senyum dan tawanya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar