Sabtu, 06 Desember 2014

Untuk Adri Darmadji Woko

Andai aku penyair
Akan kurajut syair indah tentang dirimu
mengenai segala hal, yang pernah kita jalani
dalam kehidupan nyata,
karena dalam sepanjang masa
galaumu, adalah bebanku
dan senyumku adalah bahagiamu


Dulu dan kini sama saja
esok dan lusa, juga tidak berbeda
engkau dan aku, tetap terajut dalam hati yang sama
tetap dalam balutan persahabatan,
dan tetap setia ucapkan : Selamat Natal.

Ah, andai aku seorang penyair
tentu kalimatku akan mengalirkan kata dalam kalimat
yang mengisyaratkan kemurahan hati
karena hatimu dan hatiku satu adanya
***
S.E.N.Y.A.P


Gemerincing suaramu tak lagi berdentang
Rindumu pada pujian mulai menipis,
dari para dayang dan pemujamu
dan tak lama lagi akan sirna
karena keabadian bukanlah milik pencerca
apalagi hujatan hanya indah sekejab.

Yang benar adalah sebuah kepastian
angkara takkan mampu menenggelamkannya,
apalagi marah yang kau hujamkan dari bibirmu
berasal dari kecongkakan yg terpicu materi
dan kekuasaan yang bukan berasal dan tumbuh dari bibit kebaikan.

Ternyata pula, bahkan juru doamu,
yang kau tempatkan pada Singgasana PUJIANmu
kini mulai membisu, karena sebaris doa
hanyalah sebuah permintaan
dan tidak mampu memaksa Pencipta untuk semua yang terucap
apalagi di balik doa yg mengalir, tersembunyi kemunafikan
Sehibgga doa hanya menjadi basa-basi
yang hanya enak di telinga...

t’lah kau torehkan catatan hitam,
t’lah kau bungkam serta kau patahkan semangat juang
oknum yang setia mengayomimu, meski tidak terucap dalam kata
dan atawa dalam tindak kesehariannya,
karena dia tidak memiliki keleluasaan
tuk tumpahkan segala segala hal
...
...
dia tahu, dia menyadari
dia harus mampu menyembunyikan getir hatinya di dalam senyum dan tawanya.
***
S.I.B.U.K

Tolong baca judul di atas dalam bahasa Indonesia, dan menghilangkan titik di antara ke lima huruf yang tertera. Dan kalau kebetulan anda seorang Batak yang membaca tulisan pendek ini, pastikan, kata tersebut , tidak dan bukan bahasa BATAK , serta jangan pula anda assosiasikan ini sebagai benda yang menempel pada TULANG.

Ternyata, tanpa dihitung dan dikomando pun DESEMBER 2014 ini akan berakhir. Begitu juga Januari 2015, tanpa diundang pun dia akan hadir. Kenyataannya, hampir semua umat, karena sudah merupakan KONSENSUS UMUM, maka Januari adalah awal Tahun, dan Desember adalah akhir Tahun. Padahal apa sih bedanya, Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, dan Desember?

Bagi seorang pengharap, biasanya DESEMBER akan membuat simulasi, atau rencana apa yang akan dilakukannya tahun depan dimulai Januari. Dikukuhkannya hatinya, 2015 adalah tahun kesusksesan, kegemilangan. Dan untuk mengukuhkan apa yang ada di otaknya, diucapkannya mantera, berupa doa biasanya, agar Sang Pencipta, yaitu Tuhan yang terformat dalam pikirannya, akan merestui dan mengabulkan semua apa yang menjadi keinginannya.

Sebaliknya, bagi yang pesimis, Desember ini adalah bulan yang membuat otaknya tidak jernih. Dia akan memandang 2015 adalah tahun penuh kesuraman. Di benaknya semua redup, tak ada peluang, dan hidup akan semakin sulit. Dia akan mendata semua faktor kesulitan, dan tidak ada rumus untuk mengatasi kesulitan itu. Harga BBM yang hanya naik duaribu pun, akan dijadikan sebagai alat utama pemicu kenaikan yang lain, sehingga karena semua naik, maka penderitaan akan naik, sehingga ibarat film India, dunia pun, akan menjadi arena untuk mengalirkan air mata. Ketemu tiang listrik, menangis. Ketemu KA, menangis. Ketemu martabak, menangis. Maka, Sungai Gangga pun, tidak akan pernah kering, karena ada sumber air yaitu air mata.

DESEMBER 2014 yang menyisakan beberapa hari lagi, menghadirkan kesibukan hampir kepada semua orang. Tidak ada yang tidak sibuk. Pengusaha sibuk mencari uang untuk gaji atau upah bulan ke 13. Pembantu sibuk, menghitung-hitung, akan dikemanakan tunjangan yang diterima dari majikannya. Pembuat kombang layang, terus berhitung berapa banyak yang mengorder kombang layangnya, para pengusaha hotel, restauran, sudah teramat sibuk mempersiapkan diri untuk para tamunya, sementara, yang akan bepergian dan meninggalkan rumahnya, sibuk mengutak-atik kunci, atau mencari tenaga khusus untuk mengamankan rumah selama bepergian.

Kalau saat ini anda menghubungi orang lain, jawaban yang populer kita dengar, “Bulan depan saja.” Ntah mengapa dan sebegitu mudah bagi kita mengiyakan, jika jawaban itu kita terima. Padahal kalau dipikir-pikir, “LEBIH CEPAT, LEBIH BAIK.” Bukankah, “Tidak baik” menunda mengerjakan sesuatu yang bisa kita kerjakan saat ini? Tapi itulah kenyataannya, bulan Desember, biasanya selalu menjadi alasan yang pas untuk menunda sesuatu, terutama bagi pengutang. Biasanya Debitur, memiliki toleransi yang tinggi dan tidak berkendak memaksa agar sipengutang harus membayar. Mengapa begitu? Katanya, ini katanya, saya belum menyimaknya dengan seksama bahwa temperamen manusia di bumi di bulan Desember, relatif adem, karena matahari agak jauh dari bumi, dan itulah alasan utama, ini katanya lagi, Jesus Kristus dari Nazareth memilih lahir di bulan Desember, tepat di situasi bumi sedang sejuk dan hati manusia mabuk-kepayang dengan cinta dan kasih sayang.
***

“Dame na sumurung ma di hamu, kombanglayang, alame dohot sasagun ma di au.”
SELAMAT HARI NATAL
Dengan ucapan : Cantik tidak perlu mahal, bersama Obama Songket—Bisa Kredit 100 tahun, dengan Surat Jaminan dari KPK Debitur dan Kreditur hidup 2 x 100 tahun